top of page

Book of Leviticus Chapter 3: The Peace Offering as a Sacrifice to the Lord

  • Writer: Leonardo Numberi
    Leonardo Numberi
  • Mar 29
  • 2 min read

Updated: Apr 2

Welcome, al-Kitāb Student! Today, we will reflect on Leviticus Chapter 3, which discusses the peace offering presented to the Lord. This offering was a form of thanksgiving and communion with God, where part of the sacrifice was consumed by the people, while specific portions were burned as a pleasing aroma to the Lord. Through this chapter, we will explore how the peace offering symbolizes the close relationship between God and His people and how its principles can be applied to our lives today. Let’s delve into the deeper meaning of this passage.


✨ Let’s read Leviticus Chapter 3 first! 📖


A realistic oil painting depicts a bearded biblical priest in traditional robes, solemnly placing his hand on the head of a cow as he prepares to offer a peace sacrifice. The stone altar beside him holds burning meat, with smoke rising into the air, symbolizing the sacred ritual described in Leviticus 3.

Korban pendamaian dalam Imamat 3 bisa berupa lembu, domba, atau kambing yang tidak bercacat. Hewan tersebut dipersembahkan di hadapan Tuhan, dan orang yang mempersembahkannya harus meletakkan tangannya ke atas kepala hewan itu sebelum disembelih. Darahnya kemudian dipercikkan ke sekeliling mezbah oleh imam, menandakan bahwa kehidupan diberikan sebagai pendamaian antara manusia dan Tuhan.


Bagian tertentu dari hewan—terutama lemak yang menutupi isi perut, ginjal, dan bagian hati—dibakar di atas mezbah sebagai persembahan yang harum bagi Tuhan. Bagian ini secara khusus ditetapkan sebagai milik Tuhan dan tidak boleh dikonsumsi oleh manusia. Korban pendamaian berbeda dari korban bakaran karena hanya bagian tertentu yang dibakar, sementara dagingnya dapat dimakan oleh umat sebagai tanda persekutuan dengan Tuhan.


Melalui korban pendamaian, Tuhan mengajarkan umat-Nya bahwa hubungan dengan-Nya harus dipelihara melalui ketaatan dan pengorbanan. Korban ini tidak hanya melibatkan aspek ritual tetapi juga mencerminkan komitmen umat untuk hidup dalam damai dengan Tuhan dan sesama.


Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari: Hidup dalam Pendamaian dengan Tuhan

Imamat 3 mengingatkan kita akan pentingnya pendamaian dalam hubungan kita dengan Tuhan. Meskipun kita tidak lagi mempersembahkan korban hewan, prinsipnya tetap relevan: kita dipanggil untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan bersyukur atas segala anugerah-Nya. Yesus Kristus, sebagai korban pendamaian yang sempurna, telah menggenapi makna dari korban dalam Perjanjian Lama.


Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menunjukkan sikap pendamaian dengan mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang kudus bagi Tuhan. Ini berarti kita hidup dalam ketaatan, menjauhi dosa, dan memelihara hubungan yang harmonis dengan sesama. Tuhan menginginkan bukan hanya ritual lahiriah, tetapi juga hati yang benar di hadapan-Nya.


Pertanyaan Reflektif: Menghidupi Pendamaian dalam Kristus

  • Bagaimana kita dapat mempersembahkan hidup kita sebagai korban yang berkenan bagi Tuhan?

  • Apakah kita sudah hidup dalam pendamaian dengan Tuhan dan sesama?

  • Dalam hal apa kita masih perlu bertumbuh dalam rasa syukur dan persekutuan dengan Tuhan?


"Hidup dalam pendamaian dengan Tuhan adalah korban syukur yang paling berharga."


Terima kasih telah bergabung dalam refleksi kita tentang Imamat Pasal 3. Semoga kita semakin menyadari pentingnya hidup dalam pendamaian dengan Tuhan dan sesama. Sampai jumpa di pembahasan berikutnya!

Comments


ABOUT US

Welcome, al-Kitāb Student,  this is a place where we explore and dig into the truths contained within the Bible. This website will reflect on hidden messages that can open our eyes and hearts to divine wisdom.

© 2025 by al-Kitab Student

SUBSCRIBE FOR EMAILS

Thanks for submitting!

bottom of page