Visi ephah dalam Kitab Zakharia menawarkan sebuah jendela unik ke dalam tradisi kuno Timur Dekat, di mana gambaran dewa-dewa yang ditemani oleh makhluk-makhluk penjaga mendominasi baik dalam teks-teks sastra maupun dalam seni visual. Dalam kitab suci ini, sebuah visi menggambarkan sebuah ephah, sebuah wadah pengukur, di mana seorang wanita yang diidentifikasi sebagai הרשעה (ha-ra'shah), yang diterjemahkan sebagai "yang jahat" atau "yang bersalah," ditempatkan di dalamnya. Makhluk-makhluk bersayap yang menyerupai stork dijelaskan membawa ephah tersebut ke udara, menunjukkan perannya sebagai pengangkut yang diarahkan oleh malaikat penafsir.
Penafsiran dari sejumlah sarjana menyarankan bahwa "wanita" dalam visi ini mungkin mewakili figur dewi yang dipuja di masa lalu Yehuda, mungkin terkait dengan Asherah, dewi yang gambaran kultusnya ada di dalam Bait Suci Yerusalem pada masa lalu. Hal ini sejalan dengan catatan sejarah di mana Raja Manasye memperkenalkan gambaran Asherah dalam ibadahnya di Yerusalem (2 Raja-raja 21:7). Identifikasi "wanita" sebagai הרשעה (ha-ra'shah) dapat dianggap sebagai sindiran terhadap kultusnya yang dikutuk, tetapi juga hampir seperti pernyataan identitasnya.
Fenomena pendeportasian "wanita" ini ke Babel, yang diikuti oleh makhluk-makhluk penjaga hibrida, memberikan penggambaran yang khas dari praktik kuno Timur Dekat, di mana gambar ilahi sering kali dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dalam rangkaian ibadah yang berlanjut. Analogi ini dapat ditemukan dalam catatan Alkitab lainnya di mana dewa-dewa bangsa Edom dikembalikan ke Yehuda setelah kekalahan mereka, atau ketika dewa Chemosh dari bangsa Moab diangkut ke pengasingan bersama para imam dan pengikutnya (2 Tawarikh 25:14-16, Yeremia 48:7).
Pendekatan visi Zakharia terhadap ekspresi visual juga menarik untuk diperhatikan. Meskipun deskripsi tentang "wanita" minim, perhatian yang mendetail diberikan pada makhluk-makhluk bersayap, mencerminkan kecenderungan ekfrasis dalam literatur kuno. Elemen visual seperti ini menunjukkan bagaimana tradisi kuno Timur Dekat mempengaruhi narasi sastra, dengan memadukan citra-citra visual ke dalam teks-teks tulisan suci untuk menyampaikan pesan teologis dan simbolis.
Kesimpulan
Visi ephah dalam Kitab Zakharia tidak hanya menggambarkan praktik religius kuno, tetapi juga menawarkan sebuah jendela untuk memahami bagaimana budaya visual dan teks-teks sastra saling melengkapi dalam menciptakan narasi religius yang kaya makna. Pendekatan ini membuka ruang untuk diskusi lebih lanjut tentang poetika ekfrasis dalam konteks visi kenabian, menyoroti kompleksitas interaksi antara gambar dan kata-kata dalam menyampaikan pengalaman spiritual dan keagamaan.
Sumber:
Haupt, P., 1913. The visions of Zechariah. Journal of biblical literature, pp.107-122.
Marenof, S., 1932. Note concerning the Meaning of the Word" Ephah," Zechariah 5: 5-11. The American Journal of Semitic Languages and Literatures, 48(4), pp.264-267.
Seybold, K., 1974. KLAUS SEYBOLD, Die Bildmotive in den Visionen des Propheten Sacharja. In Studies on Prophecy (pp. 92-110). Brill.
White, J.J., 2018. Image in Text: Interpreting the Ephah Vision of Zechariah 5: 5–11. Journal of Biblical Literature, 137(4), pp.871-891.
Comentarios