top of page

Keajaiban Data Sintetik dan Kebesaran Tuhan dalam Ilmu Pengetahuan

  • Gambar penulis: Leonardo Numberi
    Leonardo Numberi
  • 27 Feb
  • 2 menit membaca

Pernahkah kalian membayangkan bahwa manusia bisa menciptakan data yang tidak nyata, tapi tetap bisa digunakan untuk penelitian ilmiah? Inilah yang disebut data sintetik, yaitu data yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) untuk meniru pola data asli. Teknologi ini luar biasa karena bisa membantu ilmuwan mengatasi keterbatasan data, mengurangi bias, dan mempercepat penelitian. Tapi di balik kehebatannya, ada juga tantangan besar—mulai dari risiko penyalahgunaan, etika ilmiah, hingga pertanyaan tentang keandalan data itu sendiri.


Kalau kita pikirkan lebih dalam, bukankah ini menunjukkan betapa luar biasanya Tuhan dalam memberi manusia akal dan kemampuan untuk memahami ciptaan-Nya? Alkitab berkata dalam Mazmur 19:2,

"Kemuliaan Allah dinyatakan oleh langit, dan pekerjaan tangan-Nya diberitakan oleh cakrawala"

Tuhan telah menciptakan dunia ini dengan pola, keteraturan, dan hukum-hukum alam yang bisa kita pelajari. Sekarang, dengan kemajuan teknologi, manusia bisa meniru pola itu dalam bentuk data sintetik. Tapi satu hal yang tetap pasti—hanya Tuhan yang menciptakan kebenaran sejati.


Salah satu kekhawatiran dalam penggunaan data sintetik adalah kemungkinan penyalahgunaan. Ada orang yang mungkin tergoda untuk memalsukan hasil penelitian demi keuntungan pribadi. Firman Tuhan dala Imamat 19:11 sudah memperingatkan kita tentang godaan in,

"Jangan mencuri, jangan berbohong, dan jangan berbuat curang seorang terhadap sesamanya"

Ilmu pengetahuan seharusnya digunakan untuk mencari kebenaran, bukan untuk menipu. Itulah sebabnya kita perlu selalu mengutamakan kejujuran dan integritas dalam setiap penelitian.


Selain itu, ada juga tantangan terkait bias dalam data. Kalau AI dilatih dengan data yang kurang beragam, hasilnya bisa berat sebelah. Tapi ini bukan hal baru—bahkan manusia pun punya kecenderungan untuk melihat sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Itulah mengapa Tuhan mengajarkan kita untuk bersikap adil dan tidak memihak dalam Imamat 19:15

"Janganlah memutarbalikkan keadilan, jangan memihak orang miskin atau orang besar, tetapi hakimilah sesamamu dengan kebenaran"

Dalam sains, kita juga harus memastikan bahwa setiap data yang digunakan benar-benar mencerminkan realitas, bukan sekadar menggambarkan sudut pandang tertentu.


Akhirnya, teknologi ini juga mengingatkan kita bahwa ada batasan dalam ilmu manusia. Sehebat apa pun AI dan data sintetik, tetap ada kebenaran yang hanya Tuhan yang tahu. Alkitab berkata dalam Yesaya 55:8

"Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku"

Artinya, meskipun manusia semakin pintar dalam menciptakan model dan data, hanya Tuhan yang memiliki pengetahuan sempurna.


Jadi, sebagai orang percaya, bagaimana kita menyikapi perkembangan ini? Sederhana: kita bersyukur atas hikmat yang Tuhan berikan, menggunakan teknologi dengan penuh tanggung jawab, dan selalu mengutamakan kebenaran dalam segala hal. Ilmu pengetahuan bukan untuk menyaingi Tuhan, tetapi justru menjadi sarana untuk semakin mengagumi kebesaran-Nya!


Referensi:

D.B. Resnik, M. Hosseini, J.J. Kim, G. Epiphaniou, & C. Maple, GenAI synthetic data create ethical challenges for scientists. Here’s how to address them., Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 122 (9) e2409182122, https://doi.org/10.1073/pnas.2409182122 (2025).

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comentários


TENTANG KAMI

Selamat datang, al-Kitāb Student, disini tempat kita menelusuri dan menggali kebenaran yang terkandung dalam Alkitab. Dalam website ini, kita akan merenungkan pesan-pesan tersembunyi yang dapat membuka mata dan hati kita terhadap hikmah Ilahi.

© 2024 oleh Leonardo Ashreyandi Numberi

BERLANGGANAN

Terima kasih!

bottom of page