Surat-surat Paulus dalam Perjanjian Baru telah lama menjadi objek kajian mendalam dalam bidang teologi, sejarah, dan filologi. Salah satu isu utama yang terus diperbincangkan adalah keaslian beberapa surat yang dikaitkan dengan Paulus, terutama surat-surat Pastoral, yaitu 1 Timotius, 2 Timotius, dan Titus. Perbandingan terhadap gaya penulisan dan penggunaan kosakata dalam surat-surat ini menjadi salah satu metode untuk menilai apakah semuanya benar-benar berasal dari Paulus atau ada campur tangan penulis lain.

Metode analisis stilometri digunakan dalam kajian ini dengan pendekatan yang lebih sistematis dan berbasis probabilitas. Gaya penulisan seorang pengarang cenderung memiliki pola yang khas, baik dalam penggunaan kata, struktur kalimat, maupun frekuensi kemunculan unsur-unsur linguistik tertentu. Oleh karena itu, distribusi probabilitas diterapkan untuk mengukur seberapa unik ciri-ciri bahasa dalam surat-surat Paulus yang diakui otentik dibandingkan dengan surat-surat yang diragukan keasliannya.
Beberapa model probabilitas yang digunakan dalam analisis ini mencakup distribusi binomial, Poisson, dan binomial negatif. Model binomial digunakan untuk menganalisis fitur linguistik yang bersifat biner, seperti keberadaan atau ketiadaan kata-kata tertentu dalam suatu ayat. Sementara itu, distribusi Poisson lebih sesuai untuk mengukur kata atau frasa yang jarang muncul dalam teks tetapi tetap memiliki pola tertentu. Adapun distribusi binomial negatif diterapkan dalam situasi di mana terdapat variasi yang lebih besar dari yang dapat dijelaskan oleh model Poisson, yang sering kali terjadi dalam analisis teks dengan jumlah kata yang sangat bervariasi.
Melalui penerapan model ini, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam pola bahasa antara surat-surat Paulus yang diakui asli, seperti Roma, 1 Korintus, dan Galatia, dengan surat-surat Pastoral. Perbedaan ini bukan hanya dalam frekuensi kemunculan kata-kata tertentu, tetapi juga dalam struktur sintaksis dan kompleksitas kalimat. Salah satu temuan yang menarik adalah bahwa surat-surat Pastoral memiliki kecenderungan menggunakan kosakata yang lebih umum dalam konteks gerejawi, berbeda dengan surat-surat Paulus yang lebih awal yang cenderung menekankan konsep teologis dalam istilah yang lebih khas.
Keberadaan perbedaan ini menimbulkan pertanyaan mengenai proses penyusunan surat-surat Pastoral. Jika diasumsikan bahwa Paulus memang menulis surat-surat ini, maka ada kemungkinan bahwa proses penyuntingan atau penyalinan oleh murid-muridnya telah mempengaruhi gaya bahasa dan kosakata yang digunakan. Di sisi lain, jika perbedaan tersebut terlalu signifikan untuk dijelaskan hanya dengan variasi alamiah dalam tulisan seorang penulis, maka hipotesis bahwa surat-surat tersebut berasal dari penulis lain semakin kuat.
Analisis terhadap surat-surat ini juga mempertimbangkan faktor historis dan sosial. Surat-surat yang diakui otentik ditulis dalam konteks misi Paulus yang aktif dan penuh tantangan, di mana bahasa yang digunakan mencerminkan urgensi penyebaran Injil dan interaksi langsung dengan komunitas yang baru bertumbuh. Sementara itu, surat-surat Pastoral tampak lebih terstruktur dan memiliki nada yang lebih administratif, seolah ditujukan untuk mengatur kehidupan gereja yang sudah lebih mapan.
Selain itu, distribusi kata kunci yang berhubungan dengan doktrin dan organisasi gerejawi menunjukkan adanya perubahan fokus dalam surat-surat Pastoral dibandingkan dengan surat-surat Paulus lainnya. Beberapa istilah yang jarang muncul dalam surat-surat sebelumnya justru menjadi lebih umum dalam surat-surat Pastoral, yang mengindikasikan bahwa surat-surat ini mungkin disusun dalam konteks yang berbeda. Hal ini dapat memberikan wawasan tambahan mengenai perkembangan gereja mula-mula dan bagaimana otoritas kepemimpinan gerejawi mulai dibangun dalam beberapa dekade setelah masa pelayanan Paulus.
Dalam mempertimbangkan kemungkinan bahwa surat-surat Pastoral memiliki pengaruh penulis lain, tetap diperlukan kehati-hatian dalam menarik kesimpulan. Variasi dalam gaya penulisan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk perubahan suasana hati, pengalaman hidup yang semakin berkembang, atau bahkan perubahan dalam teknik penulisan seiring bertambahnya usia seorang pengarang. Oleh karena itu, meskipun analisis probabilistik menunjukkan perbedaan signifikan, tetap perlu ada kajian lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perbedaan tersebut.
Dari perspektif historis, perbedaan dalam gaya dan struktur bahasa ini juga mencerminkan perubahan dalam kebutuhan komunitas Kristen pada masa itu. Surat-surat Paulus yang lebih awal berfokus pada pengajaran doktrin dan hubungan antarjemaat dalam menghadapi tantangan dari luar, sementara surat-surat Pastoral lebih banyak memberikan arahan mengenai tata kelola gereja dan etika kepemimpinan. Jika dilihat dari sudut pandang perkembangan komunitas Kristen, transformasi ini tidaklah mengherankan karena komunitas yang semakin besar membutuhkan aturan yang lebih jelas dalam menjalankan kehidupan bergereja.
Analisis ini menunjukkan bahwa pendekatan stilometri berbasis probabilitas memberikan alat yang kuat dalam memahami perbedaan antara surat-surat Paulus yang diakui asli dan surat-surat Pastoral. Dengan menggabungkan metode ini dengan kajian historis dan teologis, semakin jelas bahwa surat-surat dalam Perjanjian Baru bukan sekadar kumpulan teks yang statis, melainkan bagian dari proses perkembangan yang kompleks dalam komunitas Kristen mula-mula.
Kesimpulan
Analisis stilometri terhadap surat-surat Paulus dengan pendekatan probabilistik menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam pola bahasa antara surat-surat yang diakui otentik dengan surat-surat Pastoral. Penggunaan distribusi probabilitas seperti binomial, Poisson, dan binomial negatif memungkinkan identifikasi pola khas yang dapat menjadi indikator keunikan gaya penulisan. Perbedaan ini mengarah pada pertanyaan mengenai keterlibatan penulis lain atau proses penyuntingan dalam penyusunan surat-surat Pastoral. Meskipun demikian, interpretasi terhadap temuan ini harus mempertimbangkan faktor historis dan sosial yang mempengaruhi perkembangan komunitas Kristen pada abad pertama. Kajian lebih lanjut yang menggabungkan analisis linguistik, sejarah, dan teologi tetap diperlukan untuk memahami dengan lebih baik bagaimana teks-teks ini disusun dan diwariskan dalam tradisi gerejawi.
Referensi
Herzer, J., 2017. Zwischen Mythos und Wahrheit: Neue Perspektiven auf die sogenannten Pastoralbriefe. New Testament Studies, 63(3), pp.428-450.
Hinlicky, P.R., 1998. Theology of a Martyr: Proclaiming Christ from the Pastoral Epistles Today. Pro ecclesia, 7(3), pp.350-357.
Richards, W.A., 1998. Difference and Distance in Post-Pauline Christianity: An Epistolary Analysis of the Pastorals (Doctoral dissertation).
Sabourin, L., 1973. Book Review: A Commentary of the Pastoral Epistles. Biblical Theology Bulletin, 3(3), pp.332-334.
van Nes, J. and Koning, H., 2017. Motif-Semantic Differences in Paul?: A Question to Advocates of the Pastorals’ Plural Authorship in Dialogue with Michaela Engelmann. Tyndale bulletin, 68(1), pp.73-94.
Comments