Selamat datang, al-Kitāb Student! Kali ini, kita akan merenungkan Kitab Keluaran Pasal 35 yang mengisahkan bagaimana bangsa Israel merespons panggilan Tuhan dengan memberikan persembahan untuk pembangunan Kemah Suci. Setelah melewati berbagai ujian, umat Israel kini belajar untuk taat dan dengan sukarela mempersembahkan apa yang mereka miliki demi kemuliaan Tuhan. Dalam pasal ini, kita akan melihat bagaimana ketaatan dan kerelaan hati dalam memberikan persembahan merupakan bagian dari ibadah sejati kepada Tuhan. Mari kita telusuri makna mendalam dari kisah ini.

Pasal ini dimulai dengan Musa mengingatkan bangsa Israel tentang perintah Tuhan mengenai hari Sabat. Mereka diperintahkan untuk beristirahat pada hari ketujuh dan tidak melakukan pekerjaan, bahkan tidak boleh menyalakan api di rumah mereka pada hari itu. Ini menunjukkan betapa seriusnya perintah Tuhan tentang menguduskan hari Sabat sebagai tanda perjanjian antara Dia dan umat-Nya.
Setelah itu, Musa menyampaikan perintah Tuhan untuk mengumpulkan persembahan bagi pembangunan Kemah Suci. Semua orang yang tergerak hatinya dipanggil untuk membawa persembahan berupa emas, perak, kain ungu, ungu tua, dan berbagai bahan lainnya yang diperlukan untuk membangun tempat ibadah bagi Tuhan. Yang luar biasa adalah respons umat Israel—mereka datang dengan sukarela dan memberikan dengan hati yang rela, sehingga akhirnya bahan yang terkumpul lebih dari cukup.
Selain persembahan materi, Tuhan juga memberikan keterampilan khusus kepada orang-orang tertentu, seperti Bezaleel dan Aholiab, untuk mengerjakan semua peralatan dan perlengkapan Kemah Suci dengan keahlian yang luar biasa. Tuhan tidak hanya meminta persembahan harta, tetapi juga talenta dan keterampilan untuk melayani Dia.
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari: Memberi dengan Sukarela dan Melayani dengan Talenta
Keluaran 35 mengajarkan bahwa ibadah kepada Tuhan bukan hanya tentang doa dan pujian, tetapi juga tentang memberikan yang terbaik bagi-Nya. Bangsa Israel memberi dengan sukarela, bukan karena paksaan, melainkan karena hati mereka dipenuhi dengan kasih kepada Tuhan. Ini menjadi contoh bagi kita untuk tidak hanya memberi secara materi, tetapi juga mempersembahkan waktu, talenta, dan keterampilan kita untuk pekerjaan Tuhan.
Dalam kehidupan kita, sering kali kita menganggap memberi sebagai suatu beban, padahal Tuhan menghendaki kita untuk memberi dengan sukacita. Selain itu, Tuhan juga telah memberikan berbagai talenta kepada kita, seperti yang Ia berikan kepada Bezaleel dan Aholiab. Kita dipanggil untuk menggunakan keahlian kita, baik dalam pekerjaan, pelayanan, maupun kehidupan sehari-hari, sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan.
Pertanyaan Reflektif: Menggunakan Apa yang Kita Miliki untuk Tuhan
Apakah kita memberi kepada Tuhan dengan sukacita atau karena merasa terpaksa?
Bagaimana kita dapat mempersembahkan talenta dan keterampilan kita untuk kemuliaan Tuhan?
Dalam hal apa kita masih perlu belajar mempercayakan harta dan sumber daya kita kepada Tuhan?
"Memberi kepada Tuhan bukanlah kehilangan, tetapi sebuah kehormatan untuk terlibat dalam pekerjaan-Nya."
Terima kasih telah bergabung dalam refleksi kita tentang Keluaran Pasal 35. Semoga kita semakin terdorong untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan, baik melalui harta, waktu, maupun talenta kita. Sampai jumpa di pembahasan berikutnya!
Comments